Dari Bandit Jadi Jenderal Mayor, Orang Hanya Mengenalnya sebagai Naga Bonar

PASURUANTIMES, MALANG – Indonesia memiliki begitu banyak pejuang kemerdekaan yang tak tercatat dalam sejarah. Nama mereka tertutup kebesaran para tokoh kemerdekaan yang tampil di muka sejarah secara langsung.
Apalagi pejuang kemerdekaan yang hidupnya penuh kontroversi di masanya. Atau hidupnya dimulai sebagai seseorang yang memiliki profesi tidak terpuji, seperti mencopet atau menjadi bandit.
Hal ini pula yang membuat Timur Pane, sang bandit yang mengangkat dirinya sebagai seorang jenderal mayor di masa revolusi kemerdekaan RI, tidak tercatat atau dikenal dalam buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolahan.
Nama Timur Pane cukup terkenal di wilayah Tapanuli dan Sumatera Utara (Sumut), bahkan sampai ke Pulau Jawa. Sebagai pimpinan para bandit yang kerap bertempur dengan tentara Belanda dan menamakan dirinya sebagai laskar Naga Terbang, Timur Pane menjadi sosok yang disegani sekaligus membikin pusing kepala para pemimpin laskar di Sumut.
Abdul Haris Nasution -panglima Divisi Siliwangi saat itu- menuliskan bahwa keberadaan Timur Pane dengan laskar Naga Terbang-nya kerap membikin kekacauan dan terkenal liar. Terkadang mereka juga suka merampas milik rakyat serta menduduki beberapa perkebunan yang merupakan salah satu sumber keuangan mereka. “Tindakan mereka tidak dapat dikendalikan oleh badan-badan pemerintah yang berwajib,” ujar Nasution dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 4: Periode Linggajati.
Sepak terjang laskar Naga Terbang, selain memerangi pasukan Belanda dan membuat pening laskar perjuangan dikarenakan kerap berselisih yang disebabkan masalah ekonomi serta persaingan memperebutkan wilayah atau sumber-sumber uang, nembuat Wakil Presiden Hatta yang merangkap menteri pertahanan sekitar tahun 1947 terbang menuju Sumut. Tujuannya untuk meredakan ketegangan antara satu laskar perjuangan dengan laskar yang dipimpin Timur Pane.
Hatta dalam otobiografinya “Untuk Negeriku : sebuah Otobiografi” menuliskan, kondisi laskar di Sumut terbilang gawat. Rebutan wilayah satu sama lain sampai berujung pada niat saling bunuh. “….Sarwono telah ditangkapnya dan hendak dibunuhnya (Timur Pane, red). Kupanggil Timur Pane ke tempatku menginap dan kuperintahkan supaya Sarwono jangan dibunuh,” tulis Hatta.
Di hadapan Hatta, Timur Pane tunduk. Tapi dia meminta persetujuan untuk menggempur Belanda dari Medan Area. Permintaaan untuk menggempur dan meminta sejumlah uang dan senjata tersebut diizinkan Hatta.
Laskar Naga Terbang pun sehari setelahnya baku tembak secara sengit dengan militer Belanda berkekuatan 500 orang prajurit yang mendarat di Pantai Cermin, lebih kurang 40 kilometer sebelah timur Kota Medan. Sayangnya, strategi Timur Pane gagal dan Belanda bisa menerobos masiuk ke wilayah Medan.
Kekalahan tersebut membuat Timur Pane yang sejak adanya kebijakan reorganisasi dan rasionalisasi (re-ra) tahun 1948 dilucuti gelar kebanggaannya yang dikenakannya sendiri, yaitu jenderal mayor. Namun, Timur Pane yang tetap berjuang melawan Belanda juga kerap membuat kacau divisi yang ditumpanginya. Seperti di divisi Banteng Negara maupun divisi lainnya. Sehingga kerap membuat pasukan divisi dikerahkan untuk mengusir pasukan Timur Pane yang memakai nama Sang Gerilya.
Pertempuran demi pertempuran sesama anak bangsa tersebut semakin meruncing saat Timur Pane memilih bergabung dengan Gerakan Rakyat Murba Indonesia (Germi). Timur Pane pun didapuk sebagai panglima dan Sang Gerilya sebagai pasukan tempurnya. Sampai akhirnya pasukan Sang Gerilya digempur habis-habisan dan kocar-kacir.
Sejak saat itulah, nama dan kiprah Timur Pane tidak terpantau lagi dalam berbagai catatan sejarah. Pun kematiannya terbilang misterius dan tidak ada yang mengetahui di mana kuburannya. Hanya lewat layar lebarlah, masyarakat kembali diingatkan tentang sosok bandit yang menjadi jenderal mayor dari Sumut tersebut. Lewat film Naga Bonar dengan sutradara Asrul Sani, tahun 1987 sosok Timur Pane diangkat dan dikenalkan secara umum kepada khalayak.
Sosok Naga Bonar inilah yang menurut Asrul Sani diadaptasi dari kisah hidup Timur Pane yang dicatat dalam sejarah sebagai seorang bandit sekaligus serang pejuang kemerdekaan. (*)
-
400 Calon Investor Terganjal Perda RDTR yang Tak Jelas Jluntrungnya
Buntut ketidakjelasan nasib Perda Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang dibahas sejak 2015 lalu, sebanyak 400 calon investor belum bisa merealisasikan usahanya di Kabupaten Pasuruan.
-
Habaib-Ulama Pasuruan Minta Menangkan Prabowo-Sandi, Emak-Emak Sumbang Dana Perjuangan
Sejumlah habaib dan ulama di Pasuruan meminta kepada masyarakat untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 17 April mendatang.
-
Sepasang Suami Istri di Kota Malang Jadi Korban Hujan Deras Disertai Angin Kencang dan Petir, Berikut Kronologinya
Makin banyak saja pohon tumbang akibat hujan dengan intensitas tinggi disertai petir serta angin kencang yang berlangsung sekitar 30 menit sejak pukul 12.50 WIB di Kota Malang, Selasa (19/2).
-
Raperda RDTR 2015 Tak Jelas Jluntrungnya, Pemkab Pasuruan Sudah Ajukan Lagi Raperda RDTR
Belum tuntas pengesahan rancangan peraturan daerah (Raperda) Recana Detail Tata Ruang (RDTR) tahun 2015 lalu.
-
Lecehkan Profesi Jurnalis, Caleg DPRRI Partai Golkar Misbakhun Diadukan ke Polisi
Calon legislatif (caleg) DPRRI Partai Golkar, daerah pemilihan (dapil) Jatim II, Misbakhun, diadukan ke Polres Pasuruan.
-
Polisi Bawa Suami Pembunuh Anak-Istri ke RS Bhayangkara
Perbuatan Nardian yang tega menghabisi nyawa istri dan anak kandungnya sendiri mengundang berbagai pertanyaan, terutama motif pelaku saat melakukan tindakan keji tersebut.
-
Debat Capres Kedua Diwarnai Ledakan Bom, Ini Ceritanya
Debat Calon Presiden (Capres) kedua malam ini yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) nampaknya tidak sepenuhnya aman. Dalam nonton bareng debat yang ada di Parkir Timur Senayan Gelora Bung Karno itu diwarnai dengan ledakan bom sekitar pukul 20.0
-
Kisruh Dana Hibah Rp 80 Miliar, Badan Kehormatan Diminta Panggil Ketua Banggar DPRD Kabupaten Pasuruan
Buntut gagalnya realisasi program pembangunan untuk pedesaan senilai Rp 80 miliar tahun 2019, sejumlah anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kabupaten Pasuruan, merasa disesatkan sejak awal pembahasan RAPBD 2019. Badan Kehormatan (BK) DPRD diminta turun
-
Angkutan Liar Paling Berbahaya di Dunia, Salah Satunya Trolly Taxi di Jalur Aktif Kereta
Transportasi publik merupakan salah satu sarana terpenting di setiap negera di dunia.
-
Suami di Blitar Tega Bunuh Istri dan Anak Balitanya dengan Cara Sadis
Awal tahun yang kelam bagi pasangan suami istri Nardian (38) dan Sri Dewi (38) asal Dusun Sumbermanggis, Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.
-
Akhirnya Minta Maaf, Ini 17 Cuitan Fadli Zon tentang Puisi Doa yang Ditukar
Setelah lama polemik puisi kontroversial Fadli Zon berjudul "Doa yang Tertukar" ramai di jagad maya kini mulai reda.
-
12 Desa Aneh, Ada Desa Penjual Ginjal, Desa Penyakit Tidur, hingga Desa Beracun
Ada ratusan ribu desa di dunia ini. Namun, hanya sedikit desa yang punya "keanehan" karena keunikan dan perbedaan yang khas dibandingkan desa kebanyakan.
Informasi pemasangan iklan
hubungi : info[at]pasuruantimes.com | marketing[at]pasuruantimes.com